About Me
Tentang RSI Hj. Siti Munnjiroh Tasikmalaya
Kami melayani dengan sepenuh hati...
Hubungi kami
email: rsi.siti.muniroh@gmail.com
www.rsi.siti.muniroh.blogspot.com
Temukan kami di:
Jalan Tamansari (dekat pengembangan UNSIL)
Telp. (0265)323868
Fax.(0265)327630
Hubungi kami
email: rsi.siti.muniroh@gmail.com
www.rsi.siti.muniroh.blogspot.com
Temukan kami di:
Jalan Tamansari (dekat pengembangan UNSIL)
Telp. (0265)323868
Fax.(0265)327630
Pengikut
Kamis, 30 Juni 2011
percik
Sekapur Sirih
Menurut pakar komunikasi Jalaludin Rahmat, secara psikologis aktivitas mendengarkan itu selektif. Kita cenderung tidak mendengarkan seluruh pembicaraan, kita memilih-milih. Kita hanya mau mendengar pendapat sesuai dengan pendapat kita, dan tidak mau mendengarkan pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat kita. Jika kita sudah yakin betul bahwa kita benar, lalu ada orang lain yang pendapatnya berbeda dengan kita, maka kita tidak mau mendengarkannya. (Sumber: Meraih cinta Ilahi, terbitan Rosda nov.2001, hal: 81).
Tulisan ini semata-mata untuk mengingatkan penulis dan sebagai salah satu upaya kita untuk membangun sikap peka dan peduli untuk menjaga kebaikan hidup karena Rasulullah SAW telah mengingatkan bahwa kepekaan, kepedulian dan tindakan untuk menghapus kemungkaran telah menjadi suatu indikator keadaan iman seseorang (HR.Muslim). Amar ma’ruf nahi munkar pasti bisa dilakukan oleh setiap muslim, dalam kondisi dan posisi apapun, karena kemampuan dan kesungguhan beramar makruf nahi mungkar tidaklah ditentukan oleh posisi/ kedudukan, tetapi oleh kondisi keimanan.
Al-Qur’an memberikan nasihat bahwa diantara ulul albab itu adalah mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti perkataan yang paling baik (Q.S Az-Zumar:18). Ayat ini mengingatkan kita untuk mau belajar mendengarkan berbagai pendapat dan memilih perkataan yang paling baik, yaitu mengikuti perkataan yang paling sesuai dengan penerangan dalam Qur’an dan Sunnah. Introspeksi adalah kuncinya, kita harus berlapang dada apabila ternyata apa yang selama ini kita lakukan belum sesuai dengan tuntunan ALLOH dan Rasul-NYA dan harus Ridlo menerima nasihat dari siapapun selama nasihat itu bersumber dan tidak bertentangan dari Kitabulloh dan Sunnah Rasul-NYA sebagai tolok ukur untuk memilih perkataan terbaik. Introspeksi harus senantiasa dilakukan, sebagaimana shalat yang tiap hari kita lakukan didalamnya terdapat do’a agar senantiasa ditunjukan kepada “jalan yang lurus”.
Dalam rangkuman ini terdapat nasehat bahwa kita harus senantiasa terbuka mendengarkan, memilih serta mengaplikasikan perkataan terbaik berdasarkan standar ALLOH dan Rasul-NYA. Nasihat kedua adalah bahwa kita jangan berlebihan dalam kehidupan sehari-hari, terutama berlebihan dalam masalah agama sehingga keluar dari batas-batas kebenaran yang diajarkan oleh Islam yang menyebabkan tindakan kita yang melampaui batas. Islam tidak mensyari’atkan hidup “kerahiban” yang mengharuskan manusia menjauhkan diri dari kehidupan dunia dan segala kenikmatan yang baik yang ada didalamnya. Akibat tindakan yang berlebihan dari norma agama, maka pelaksanaan syari’at Islam secara kaaffah menjadi sulit dilkakukan (HR. Abu Ya’la dalam musnadnya dari Anas bin Malik) karena tindakan yang berlebihan dengan alasan “lebih afdhol” pada akhirnya akan memperberat diri sendiri dan akan memperlebar perbedaan. Nabi SAW mempertegas dalam sabdanya: “Hindarilah daripadamu sikap melampaui batas dalam agama, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kamu telah binasa karenanya (H.R: Ahmad dalam musnadnya, An-Nasai dan Ibnu Majah dalam kedua sunannya, serta Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak dari Abdullah bin Abbas r.a. Derajat hadits shohih, dalam kitab Al faidh juz III, hal 126 bahwa Ibnu Taimiyah berkata hadits ini shohih sanadnya sesuai persyaratan Muslim). Hadits ini merupakan penjelasan QS. Al-Maidah: 77 dimana ALLOH Berfirman: “Janganlah kamu melampaui batas selain kebenaran dalam agamamu”. Akhir kata, dalam pengaplikasian syareat Islam kita harus bisa memilah mana wilayah ijtihad dan mana demarkasi syare’at yang sifatnya sangat rinci dan jelas sebagaimana diungkapkan ALLOH SWT dalam qur’an surat Bani Isra’il (17) ayat 12.
Syare’at Islam ternyata indah dan bijak, simpel dan seimbang, tidak berlebihan. Mari kita cari kesamaannya menurut koridor ALLOH dan Rasul-NYA (Q.S. An-Nisaa:59) dan jangan mencari atau menambah perbedaan akibat sikap kita yang terlalu berlebih-lebihan yang berpotensi terhadap muncul dan bertambahnya perselisihan (ikhtilaf). Itulah intisari ringkas dari rangkuman tulisan ini. Agama Rahmat atau Dinul Islam bila syari’at atau aturan-aturannya dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan pengertian yang benar akan menghasilkan rahmat bagi semesta.Syariat Islam mengandung kebaikan, tidak mengandung unsur-unsur kejahatan yang menimbulkan kerusakan,teror-teror atau ketidaknyamanan orang lain. ALLOH SWT telah mewajibkan agar muslimin senantiasa melakukan perbuatan baik dalam segala sesuatu sebagaimana termaktub dalam Riwayat Shahih Muslim dari Abi Ya’la. Dalam Dinul Islam diajarkan bahwa berbuat baik terhadap makhluk tidak dibatasi hanya terhadap orang seakidah, tidak pula dibatasi oleh ruang lingkup manusia, tetapi menyeluruh termasuk kepada tumbuh-tumbuhan dan binatang. Subhanalloh. Bila kita bandingkan bahwa satu hari diakherat sama dengan 1000 tahun di bumi dan 1 jam di akherat sama dengan 41,66 tahun di bumi (Q.S Al-Hajj[22]:47, QS.As-Sajdah[32]:5,QS.Al-Mukminuun[23]:112-114), maka alangkah singkatnya kita hidup didunia. Mari kita manfaatkan hidup kita yang singkat ini dengan sebaik-baiknya dengan rangkaian hidup yang berprestasi dari tiap detik kehidupan kita. (judul: percik permenungan, membuka tabir perbedaan untuk meraih Rahmat-NYA).
Menurut pakar komunikasi Jalaludin Rahmat, secara psikologis aktivitas mendengarkan itu selektif. Kita cenderung tidak mendengarkan seluruh pembicaraan, kita memilih-milih. Kita hanya mau mendengar pendapat sesuai dengan pendapat kita, dan tidak mau mendengarkan pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat kita. Jika kita sudah yakin betul bahwa kita benar, lalu ada orang lain yang pendapatnya berbeda dengan kita, maka kita tidak mau mendengarkannya. (Sumber: Meraih cinta Ilahi, terbitan Rosda nov.2001, hal: 81).
Tulisan ini semata-mata untuk mengingatkan penulis dan sebagai salah satu upaya kita untuk membangun sikap peka dan peduli untuk menjaga kebaikan hidup karena Rasulullah SAW telah mengingatkan bahwa kepekaan, kepedulian dan tindakan untuk menghapus kemungkaran telah menjadi suatu indikator keadaan iman seseorang (HR.Muslim). Amar ma’ruf nahi munkar pasti bisa dilakukan oleh setiap muslim, dalam kondisi dan posisi apapun, karena kemampuan dan kesungguhan beramar makruf nahi mungkar tidaklah ditentukan oleh posisi/ kedudukan, tetapi oleh kondisi keimanan.
Al-Qur’an memberikan nasihat bahwa diantara ulul albab itu adalah mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti perkataan yang paling baik (Q.S Az-Zumar:18). Ayat ini mengingatkan kita untuk mau belajar mendengarkan berbagai pendapat dan memilih perkataan yang paling baik, yaitu mengikuti perkataan yang paling sesuai dengan penerangan dalam Qur’an dan Sunnah. Introspeksi adalah kuncinya, kita harus berlapang dada apabila ternyata apa yang selama ini kita lakukan belum sesuai dengan tuntunan ALLOH dan Rasul-NYA dan harus Ridlo menerima nasihat dari siapapun selama nasihat itu bersumber dan tidak bertentangan dari Kitabulloh dan Sunnah Rasul-NYA sebagai tolok ukur untuk memilih perkataan terbaik. Introspeksi harus senantiasa dilakukan, sebagaimana shalat yang tiap hari kita lakukan didalamnya terdapat do’a agar senantiasa ditunjukan kepada “jalan yang lurus”.
Dalam rangkuman ini terdapat nasehat bahwa kita harus senantiasa terbuka mendengarkan, memilih serta mengaplikasikan perkataan terbaik berdasarkan standar ALLOH dan Rasul-NYA. Nasihat kedua adalah bahwa kita jangan berlebihan dalam kehidupan sehari-hari, terutama berlebihan dalam masalah agama sehingga keluar dari batas-batas kebenaran yang diajarkan oleh Islam yang menyebabkan tindakan kita yang melampaui batas. Islam tidak mensyari’atkan hidup “kerahiban” yang mengharuskan manusia menjauhkan diri dari kehidupan dunia dan segala kenikmatan yang baik yang ada didalamnya. Akibat tindakan yang berlebihan dari norma agama, maka pelaksanaan syari’at Islam secara kaaffah menjadi sulit dilkakukan (HR. Abu Ya’la dalam musnadnya dari Anas bin Malik) karena tindakan yang berlebihan dengan alasan “lebih afdhol” pada akhirnya akan memperberat diri sendiri dan akan memperlebar perbedaan. Nabi SAW mempertegas dalam sabdanya: “Hindarilah daripadamu sikap melampaui batas dalam agama, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kamu telah binasa karenanya (H.R: Ahmad dalam musnadnya, An-Nasai dan Ibnu Majah dalam kedua sunannya, serta Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak dari Abdullah bin Abbas r.a. Derajat hadits shohih, dalam kitab Al faidh juz III, hal 126 bahwa Ibnu Taimiyah berkata hadits ini shohih sanadnya sesuai persyaratan Muslim). Hadits ini merupakan penjelasan QS. Al-Maidah: 77 dimana ALLOH Berfirman: “Janganlah kamu melampaui batas selain kebenaran dalam agamamu”. Akhir kata, dalam pengaplikasian syareat Islam kita harus bisa memilah mana wilayah ijtihad dan mana demarkasi syare’at yang sifatnya sangat rinci dan jelas sebagaimana diungkapkan ALLOH SWT dalam qur’an surat Bani Isra’il (17) ayat 12.
Syare’at Islam ternyata indah dan bijak, simpel dan seimbang, tidak berlebihan. Mari kita cari kesamaannya menurut koridor ALLOH dan Rasul-NYA (Q.S. An-Nisaa:59) dan jangan mencari atau menambah perbedaan akibat sikap kita yang terlalu berlebih-lebihan yang berpotensi terhadap muncul dan bertambahnya perselisihan (ikhtilaf). Itulah intisari ringkas dari rangkuman tulisan ini. Agama Rahmat atau Dinul Islam bila syari’at atau aturan-aturannya dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan pengertian yang benar akan menghasilkan rahmat bagi semesta.Syariat Islam mengandung kebaikan, tidak mengandung unsur-unsur kejahatan yang menimbulkan kerusakan,teror-teror atau ketidaknyamanan orang lain. ALLOH SWT telah mewajibkan agar muslimin senantiasa melakukan perbuatan baik dalam segala sesuatu sebagaimana termaktub dalam Riwayat Shahih Muslim dari Abi Ya’la. Dalam Dinul Islam diajarkan bahwa berbuat baik terhadap makhluk tidak dibatasi hanya terhadap orang seakidah, tidak pula dibatasi oleh ruang lingkup manusia, tetapi menyeluruh termasuk kepada tumbuh-tumbuhan dan binatang. Subhanalloh. Bila kita bandingkan bahwa satu hari diakherat sama dengan 1000 tahun di bumi dan 1 jam di akherat sama dengan 41,66 tahun di bumi (Q.S Al-Hajj[22]:47, QS.As-Sajdah[32]:5,QS.Al-Mukminuun[23]:112-114), maka alangkah singkatnya kita hidup didunia. Mari kita manfaatkan hidup kita yang singkat ini dengan sebaik-baiknya dengan rangkaian hidup yang berprestasi dari tiap detik kehidupan kita. (judul: percik permenungan, membuka tabir perbedaan untuk meraih Rahmat-NYA).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
luar biasa... :)
http://oridwidget.blogspot.com/2011/04/widget-mario-teguhs-quotes-nopict.html
Posting Komentar